OPINI - Suatu malam, di rumah seorang pengusaha di Jakarta Barat, kami terlibat dalam sebuah obrolan. Santai tapi berbobot.
Hadir di situ orang-orang penting. Ada anggota DPR, kepala daerah, pengusaha, bahkan sejumlah jenderal. Jumlahnya kurang dari 10 orang
Obrolan menyesuaikan isu yang sedang hangat. Mulai isu Golkar yang sedang dalam proses dikudeta ketua umumnya, demo buruh tanggal 10 Agustus nanti, hingga pilpres 2024.
Semua terlibat dalam debat, kecuali para jenderal. Mereka diam, hanya sebagai pendengar setia. Konsisten menjaga etika profesi: tidak terlibat dalam politik praktis. Tak ada satu kata pun yang mereka keluarkan. Sesekali mereka senyum, mungkin sekedar untuk menghargai semangat para politisi yang sedang beradu data dan argumentasi.
Baca juga:
Tony Rosyid: Puan Makin Terancam?
|
Yang hadir di rumah saudagar kaya itu adalah orang-orang dari lintas partai. Ada yang berasal dari partai pengusung Anies Baswedan. Ada dari partai pengusung Ganjar. Ada juga dari partai yang mengusung Prabowo. Cukup lengkap.
Demi alasan disiplin, mereka yang ikut dalam obrolan malam itu menunjukkan loyalitasnya. Kekeuh mendukung keputusan partainya. Rasa optimisme masing-masing terlihat kalau capres yang diusung partai mereka akan menang. Masing-masing bucara dengan data survei, argumentasi dan analisisnya. Diskusi malam yang menarik dan makin lama makin seru.
Jauh dari kesan emosional. Semua menyuguhkan argumentasi rasional. Maklum, mereka adalah para politisi senior. Sudah sangat matang. Usia rata-rata di atas 50 tahun. Ada yang di atas 60 tahun. Para politisi kawakan.
Semakin malam, obrolon politik di meja makan semakin mengasikkan. Sedu kopi dan beberapa jenis jajan pasar telah memberi energi untuk terus melanjutkan obrolan. Temanya menarik, karena tentang masa depan bangsa.
Kebulan asap rokok menanbah imajinasi politik yang semakin mempesona lawan bicara. Tampak para pendukung Anies Basweadan yang tetap konsisten dengan keyakinan data dan analisisnya. Bahwa 2024, Anies Baswedanlah presidennya. Begitu juga pendukung Ganjar dan Prabowo.
Meski berdebat hebat tentang siapa yang akan menjadi pemenang pilpres 2024, tapi mereka sepakat dalam satu pendapat: "Hanya Anies Baswedan yang mampu membawa masa depan bangsa ini lebih baik". Dalam hal ini, mereka satu suara. Mereka satu pemikiran. Mereka satu kata: Anies yang paling mampu dan layak. Itu diungkapkan oleh masing-masing orang yang terlibat dalam obrolan malam itu. Jujur dan obyektif. Sebuah pengakuan dari hati yang jernih dan pikiran independen.
Baca juga:
Tony Rosyid: Firli dan Prahara di KPK
|
Rekam jejak, integritas dan kapasitas Anies Baswedan diakui. Anies Baswedan yang paling layak memimpin negeri ini kedepan. Anies Baswedan paling menguasai berbagai persoalan bangsa, dan yang paling siap dengan gagasan serta rencananya membawa negara ini menjadi lebih baik kedepan.
Satu kejujuran telah mereka ungkapkan. Meskipun sesungguhnya kita sudah sangat sering mendengar ungkapan ini dari banyak ulama, aktifis dan politisi. Karena alasan kedekatan, loyalitas kepada partai, dan alasan lainnya, mereka tidak ikut mendukung Anies.
Itulah dilema yang kita sering dengar dari sejumlah tokoh dan politisi. Mereka yakin Anies Baswedan adalah calon pemimpin bangsa yang paling ideal untuk saat ini. Satu pengakuan yang jujur. Tapi sayangnya, mereka kehilangan hak independensinya karena telah terikat kontrak dengan partai atau capres lawan.
Jakarta, 4 Agustus 2023
Tony Rosyid*
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa