OPINI - Tanggal 22 Desember akan menjadi hari yang bersejarah. Giliran Cawapres dari masing-masing kubu akan memperlihatkan kualitas mereka. Apakah pertandingan ini akan seimbang? Dari kasat mata setiap orang sudah bisa memprediksi siapa yang akan jadi bulan-bulanan. Pengalaman dan pendidikan jelas menjadi penentu keunggulan kandidat. Nampaknya kualitas jawaban serta ketajaman pertanyaan dari satu kandidat ke kandidat lainnya masih menjadi senjata yang ampuh untuk memenangkan pertandingan ini.
Mahfud MD adalah "orang lama" di dunia politik maupun birokrasi. Juga punya latar belakang sebagai akademikus. Kelebihan beliau sebagai intelektual hukum merupakan kelebihan yang sekaligus juga merupakan kelemahan. Kedalaman ilmu ini membatasi beliau untuk menjelajah pendekatan lateral, yang sangat diperlukan dalam dunia politik yang kompleks. Ocehan beliau mengenai praktek korupsi di lembaga pajak sudah melambungkan harapan rakyat untuk menuntaskan praktek korupsi di negara ini, bukan hanya menjadi satu informasi yang sudah menjadi konsumsi umum.
Nyatanya, tidak ada realitas yang berubah di dunia pajak. Ocehan seorang Mahfud hanya menjadi bualan di warung kopi. Wewenang Mahfud yang cukup besar untuk membawa perubahan bagaikan harimau tidak bertaring. Ini mungkin menjadi ruang empuk untuk menjatuhkan Mahfud secara telak. Reputasi Mahfud sebagai ahli hukum ternyata mengandung kelemahan, terutama kelemahannya untuk menciptakan realitas. Realitas hanya diciptakan oleh seorang pemimpin.
Gibran masih merupakan "anak mamih", yang tidak lepas dari pengaruh kekuasaan sang ayah. Konon kabar, bisnis yang menghasilkan kekayaannya sebesar 26 Milyar, juga melalui campur tangan sang ayah. Cibiran sebagai "anak ingusan" yang bermain di liga utama politik di negeri ini, juga tidak lepas dari campur tangan sang paman.
Baca juga:
Tony Rosyid: SBY Bukan 'Bapak Plin Plan'
|
Petinggi politik di negeri ini pun tak kuasa dan tak berkutik untuk mencegah "anak kemarin sore" untuk "mengangkangi' para petinggi partai-partai besar. Sangat diragukan bagi Gibran untuk bisa berdebat menggunakan akal sehat, karena tidak diketahui selama ini kondisi akal Gibran. Atau mungkin ini strategi Gibran untuk menghasilkan kejutan dalam perhelatan ini?
Cak Imin adalah nama yang selama ini tidak terlalu istimewa di dunia perpolitikan Indonesia. Beliau dikenal sebagai politikus yang hilang timbul dan hanya sebagai "pelengkap" diantara nama-nama besar politikus Indonesia.
Baca juga:
Tony Rosyid: Jokowi vs SBY
|
Semenjak cak Imin digandeng Anies, pelan tapi pasti kualitas cak Imin timbul kepermukaan, yang membuat kawan maupun lawan-lawan politiknya berdecak kagum. Segudang pengalaman berorganisasi dan keahliannya memimpin PKB dalam waktu yang tidak singkat merupakan prestasi yang tidak tersanggah. Gaya komunikasi dan pilihan kata-katanya yang menarik, serta pikirannya yang cerdas merupakan modal utama beliau untuk keluar sebagai pemenang dalam debat ini. Jelas kualitas kepemimpinan cak Imin sudah tidak diragukan, sehingga julukan dwi tunggalpun disematkan padanya.
Rekam jejak sudah menjadi ramalan kemenangan bagi masing-masing peserta. Debat hanya salah satu aspek untuk mengambil hati pemilih. Kembali kepada pertanyaan awal kita, apakah pertandingan ini seimbang? Hanya sejarah yang akan memberikan jawaban yang pasti.
Sentul City, 21 Desember 2023.
Dr. Rino A. Sa'danoer
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa